
Ki Hajar Dewantara, seorang tokoh pendidikan Indonesia, mencetuskan filosofi “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani,” yang berfokus pada tiga prinsip kepemimpinan: memberi teladan, memotivasi di tengah kelompok, dan mendukung dari belakang. Dalam pengambilan keputusan, filosofi ini mengajarkan pemimpin untuk memberikan contoh, mendorong kreativitas, serta mendukung pengembangan inisiatif anggota tim secara mandiri.
Prinsip Pratap Triloka menyoroti pentingnya keseimbangan dan harmoni dalam hidup, relevan pula untuk kepemimpinan. Dengan menggabungkan pemikiran Ki Hajar Dewantara dan Pratap Triloka, pemimpin dapat membuat keputusan yang mempertimbangkan berbagai dimensi, menyeimbangkan kebutuhan individu dan kelompok, serta menginspirasi orang lain melalui contoh dan nilai yang mereka tegakkan.
Sebagai Guru Penggerak, nilai seperti keberpihakan kepada murid, kemandirian, kolaborasi, refleksi, dan inovasi adalah dasar yang harus ada dalam pengambilan keputusan. Nilai-nilai ini mencerminkan arah keputusan yang berpihak pada murid, respons mandiri dalam menyelesaikan konflik, serta dukungan kolaboratif untuk penyelesaian masalah. Evaluasi dan refleksi juga penting untuk perbaikan berkelanjutan serta penerapan solusi yang praktis dan kreatif.
Coaching membantu proses pengambilan keputusan yang lebih struktural dan reflektif. Melalui coaching, pendidik dapat mengidentifikasi tujuan, melihat perspektif baru, serta refleksi yang mendalam tentang keputusan yang diambil. Alur TIRTA dalam coaching sangat berguna untuk membantu pendidik menyelesaikan masalah secara mendalam, sesuai dengan 9 langkah pengambilan keputusan yang bertujuan meningkatkan efektivitas dan kepercayaan diri dalam menghadapi tantangan.
Pengelolaan sosial-emosional juga sangat penting saat mengambil keputusan, terutama yang melibatkan dilema etika. Guru yang mampu mengelola emosi, menjaga komunikasi, dan konsisten dengan nilai etika akan membuat keputusan yang lebih adil, rasional, dan positif bagi lingkungan pendidikan. Nilai-nilai kebajikan seperti kejujuran, integritas, dan tanggung jawab membantu guru menghadapi situasi yang melibatkan dilema moral secara adil dan konsisten.
Dalam konteks pendidikan, keputusan guru berpengaruh besar pada kemerdekaan belajar siswa. Guru perlu memahami kebutuhan siswa, menetapkan tujuan pembelajaran, dan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi untuk mendukung perkembangan siswa secara holistik. Keputusan yang baik membantu menciptakan pengalaman belajar yang inklusif, memberdayakan siswa untuk mencapai potensi maksimal mereka.
Modul 3.1 dalam program Guru Penggerak menekankan pentingnya pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin pendidikan. Prinsip dari Ki Hajar Dewantara, nilai-nilai Guru Penggerak, dan budaya positif menjadi fondasi yang penting dalam proses ini. Filosofi Ki Hajar Dewantara memberikan panduan bagi pemimpin untuk mengambil keputusan yang tidak hanya memprioritaskan hasil, tetapi juga memperhatikan proses yang adil dan penuh empati. Nilai-nilai seperti keberpihakan pada murid, kemandirian, kolaborasi, dan refleksi memperkuat dasar bagi seorang pendidik untuk membuat keputusan yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi siswa.
Dalam proses pengambilan keputusan, modul ini juga menekankan pentingnya evaluasi reflektif dan kesadaran akan dilema etika. Pengambilan keputusan yang bijaksana tidak hanya memerlukan keterampilan analitis, tetapi juga pemahaman mendalam tentang nilai-nilai kebajikan universal seperti keadilan, kejujuran, dan tanggung jawab. Dengan memahami berbagai paradigma dilema etika, seperti antara kepentingan individu versus kepentingan kelompok, atau keadilan versus kasih sayang, pendidik dapat membuat keputusan yang lebih etis dan konsisten dengan prinsip-prinsip moral. Evaluasi reflektif yang dilakukan secara berkala juga mendukung peningkatan kualitas keputusan di masa mendatang.
Mengikuti tahapan pengambilan keputusan yang mencakup pengujian nilai, pengumpulan fakta, hingga refleksi mendalam, guru dapat menghadapi situasi yang kompleks dengan lebih sistematis. Ini tidak hanya meningkatkan integritas dan kredibilitas sebagai pendidik, tetapi juga memberikan dampak positif pada siswa melalui pengalaman pembelajaran yang inklusif dan mendukung. Integrasi pendekatan ini dalam praktik sehari-hari membantu pendidik menciptakan lingkungan belajar yang adil dan kondusif, yang secara langsung berkontribusi pada perkembangan akademik dan karakter siswa secara holistik, mempersiapkan mereka untuk masa depan dengan nilai-nilai yang kokoh.